-->
hXOmJ6PY2gENFqnsS184oC4Yptu2L7deSyGRXxpV
Kiprah Lapau Sebagai Pelengkap Kehidupan Laki-Laki di Minangkabau

Kiprah Lapau Sebagai Pelengkap Kehidupan Laki-Laki di Minangkabau

Bila dewasa ini kebanyakan orang menggunakan media sosial sebagai tempat pergumulan, beda halnya dengan aktifitas masyarakat Minangkabau yang masih eksis berikut ini. Terkhusus bagi kaum laki-laki, baik tua maupun muda. Mereka mempunyai cara tersendiri untuk menempa diri. Melalui sebuah lembaga nonformal yang disebut sebagai lapau, kaum laki-laki di Minangkabau membangun suatu interaksi, bersosialisasi, hingga bertukar informasi dan berdiskusi. 


Duduak di lapau

Di Lubuk Basung, selain surau, lapau adalah tempat yang wajib bagi kaum laki-laki datangi. Tidak sulit mencari keberadaan lapau di Lubuk Basung, setiap nagari mempunyai lapau masing-masing, bahkan jumlahnya lebih dari dua kepal tangan.

Di Lubuk Basung, lapau atau yang lebih akrab disebut oleh orang sumenda sebagai warung kopi alias warkop selalu penuh sesak dengan kaum laki-laki. Biasanya kaum laki-laki mendatangi lapau mulai dari tersingkap matahari hingga tingginya sepenggalah, kemudian dilajutkan lagi ba'da isya hingga pertengahan malam.

Tidak diketahui pasti kapan sejarah duduk di lapau ini bermula, namun sepertinya ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Duduk di lapau sudah mengakar dari nenek moyang hingga saat ini. Bahkan kebiasaan duduk di lapau itu pun diturunkan ke menantu, “rang sumando” yang berasal dari luar daerah. Beberapa hari setelah menikah mertua atau saudara laki-laki istri sudah lansung mengajak duduk di lapau.

Ada pameo yang berkembang; jika laki-laki Lubuk Basung tidak ke lapau akan dibilang kuper atau tidak bermasyarakat. Atau ada juga garah yang mengatakan kalau ingin jadi Anggota Dewan, perbanyaklah datang ke lapau.

Di lapau, kaum laki-laki tidak hanya menyesap secangkir kopi yang ditemani goreng ubi, tapi lapau juga dijadikan tempat yang multifungsi. Nah berikut fungsi lapau di Lubuk Basung menurut versi lubas.web.id.

1. Tempat pelepas lelah setelah seharian bekerja

Tidak lain tidak bukan, lapau dijadikan tempat untuk minum kopi. Laki-laki Lubuk Basung umumnya langsung memesan kopi jolong sampai di lapau. Selain kopi ada juga ragam minuman tradisional lainnya, katakanlah itu teh talua. Tetapi akan dirasa janggal bila usia muda atau belum menikah memesan minuman yang satu ini, pasalnya minuman ini sudah diidentikan dengan minuman pria dewasa. 

Konon menikmati kopi sambil bersenda gurau dapat mengurangi rasa lelah setelah bekerja seharian. Nah, prosesi minum kopi ini memiliki nilai basa-basi tersendiri. Ambil contoh setelah minuman dibuatkan oleh orang lapau, sambil mengaduk-mangaduk minuman laki-laki di lapau biasanya langsung menawarkan minuman ke orang yang duduk di sebelahnya baik itu hanya sekadar basa-basi ataupun niat mentraktir.

2. Tempat menjalin silaturahmi 

Kebiasaan duduk di lapau sudah mendarah daging bagi laki-laki Minang, sehingga lapau dijadikan tempat perkumpulan yang staregis untuk pemuda, rang sumando, mamak rumah dan lainnya.

Konon menurut kabar yang tersiar, dari cara bagaimana orang duduk di lapau dan tatapannya, orang di lapau sudah tahu ada keretakan hubungan antar pengunjung lapau. Bahkan juga bisa dilihat dari sindiran dan gaya bahasa, namun jarang laki-laki Minang yang mau ribut dan berkelahi di lapau karena masih memandang status dan pengunjung lainnya.

3. Tempat bertukar informasi dan berdiskusi segala hal

Jika TVOne punya Indonesia Lawyer Club untuk ajang diskusi suatu masalah, maka laki-laki Minang punya lapau sebagai tempat berdiskusi. Hal ini dikenal dengan “ota lapau". Pada zaman baheula juga sering terjadi rapek mancik di sebuah lapau. 

Pembicaraan di lapau bisanya membahas seluruh aspek baik dari politik, adat, agama, sosial masyarakat, peristiwa yang dialami sehari-hari sampai ajang bergosip ala laki-laki. 

Hebatnya lagi, untuk menenggelamkan suatu negara bisa rampung hanya dengan berdiskusi di lapau. Sebab diskusi di lapau tidak terstruktur dan terkadang kacau, dari pembahasan poitik tanpa sadar sudah membahas masalah agama hingga adat, bahkan pembahasan yang sama akan dibahas kembali di lain waktu, apalagi kalau itu peristiwa yang mengundang gelak tawa.  Tak jarang orang paham yang mendengar mengulum tawa. Tak ada yang menyanggah yang penting terhibur. Bahkan dari kebiasaan diskusi itu maka lahir juga istilah, “Pa Ota dan Gadang Ota”. Biasanya ota lapau hanya habis di lapau dan tidak ada realisasi lanjutan.

4. Tempat mencari pekerjaan

Salah satu fungsi lapau yang tidak kalah penting bagi laki-laki Lubuk Basung adalah tempat mencari partner kerja atau melamar pekerjaan. Karena mengunjungi lapau sudah menjadi rutinitas setiap malam, sehingga masyarakat sudah bisa memprediksi di mana keberadaan laki-laki, walaupun dicari ke rumah pasti jawaban istri atau anak “abak pergi ke lapau”.

Nah, biasanya kalimat awal yang digunakan untuk menanyai pekerjaan ke orang yang ada di lapau adalah, “kurang anggota da? Bisa pai ciek?” Atau yang menawarkan pekerjaan “apo karajo bisuak, kalo indak ado, pai wak bisuak nah, kalo iyo, pagi  ambo tunggu di lapau!"

Begitu banyak peristiwa yang akan kita jumpai di lapau. Mulai dari hal yang serius sampai kepada gelak tawa pelipur penat. Namun, tanpa disadari, fungsi lapau dari hari ke hari semakin terkikis. Selain sebagai tempat yang sudah disebutkan di atas, tak jarang lapau dijadikan tempat bahampok. Sungguh pun begitu, di Minangkabau , lapau punya andil yang besar dalam membentuk watak seorang laki-laki sebelum ia terbang lareh ke tanah rantau.
Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar