Makna Pakaian Adat Minangkabau yang Harus Diketahui Generasi Muda
![]() |
Pakaian Adat Minangkabau |
Masyarakat suku Minangkabau memang diketahui sangat kuat dalam mempertahankan adat dan budaya. Salah satu adat dan budaya yang tetap dipertahankan tersebut adalah dalam hal berpakaian.
Baju Adat Minangkabau
Baju adat Minangkabau yang sangat dikenal di kancah nasional adalah pakaian yang bernama pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang. Pakaian memiliki keunikan terutama terletak pada bagian penutup kepalanya yang menyerupai bentuk tanduk kerbau atau atap Rumah Gadang.
Pakaian Bundo kanduang merupakan pakaian adat Minangkabau yang dikenakan oleh Bundo Kanduang (perempuan yang ditinggikan sarantiang didahulukan salangkah, isteri dari penghulu). Terkadang ada juga para wanita yang sudah menikah mengenakan pakaian ini. Sementara untuk pria maupun untuk sepasang pengantin, dikenal juga jenis pakaian lainnya.
Baju Adat Minangkabau Bagi Bundo Kanduang
Pakaian Bundo Kanduang bernama Limpapeh Rumah Nan Gadang.
Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering disebut pakaian Bundo Kanduang merupakan lambang kebesaran bagi kaum perempuan/isteri.
Pakaian ini merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga.
Limpapeh memiliki arti tiang tengah dari bangunan rumah adat Minangkabau. Peran limpapeh dalam memperkokoh menegakkan bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga. Jika limpapeh roboh, maka rumah juga akan roboh. Ini sebuah pesan agar wanita atau seorang ibu yang tidak pandai mengatur rumah tangga. Dan oleh sebab itulah keharmonisan rumah tangga tidak bertahan lama dan hubungannya akan sama roboh.
Pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda dari setiap sub suku dan hampir sama mirip dengan baju adat Minangkabau anak. Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam pakaian-pakaian tersebut.
Perlengkapan yang dimaksud adalah tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris yang lain.
Tingkuluak (Tengkuluk)
Tengkuluk merupakan penutup kepala yang bentuknya menyerupai kepala kerbau atau atap dari rumah gadang. Penutup kepala yang terbuat dari kain selendang ini dikenakan sehari-hari maupun saat dalam upacara adat tertentu.
Baju Batabua
Baju batabua atau baju bertabur adalah baju adat Minangkabau baju kurung (naju) yang dihiasi dengan taburan pernik benang emas. Pernik-pernik sulaman benang emas tersebut melambangkan tentang kekayaan alam Ranah Munang yang begitu berlimpah. Corak dan motif dari sulaman ini pun sangat beragam.
Baju batabua dapat kita jumpai dalam 4 varian warna, yaitu warna merah, hitam, biru, dan lembayung. Pada bagian tepi lengan dan leher terdapat hiasan yang biasa disebut minsie. Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang wanita Minang harus taat pada batas-batas hukum adat yang berlaku.
Lambak
Lambak atau sarung adalah pakaian bawahan pelengkap pakaian adat Bundo Kanduang. Sarung ini ada yang berupa songket dan berikat. Sarung dikenakan dengan cara diikat pada pinggang. Belahannya bisa disusun di depan, samping, maupun belakang tergantung adat Nagari atau suku mana yang memakainya.
Salempang
Salempang adalah selendang yang terbuat dari kain songket. Salempang di letakan di pundak wanita. Salempang menyimbolkan bahwa wanita harus memiliki welas asih pada anak dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi.
Perhiasan
Umumnya seperti pakaian adat wanita dari daerah lain, penggunaan baju adat Minangkabau untuk wanita juga dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti galang (gelang), dukuah (kalung), serta cincin. Dukuah memiliki beberapa motif, yaitu kalung perada, daraham, kaban, manik pualam, cekik leher, dan dukuh panyiaram. Secara filosofis, dukuah melambangkan bahwa seorang wanita harus selalu mengerjakan segala sesuatu dalam dasar kebenaran.
Baju Adat Tradisional Pria Minangkabau
Pakaian adat Minangkabau untuk pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya digunakan oleh pemimpin adat atau orang tertentu saja, dimana dalam cara pemakaiannya pun diatur sedemikian rupa oleh hukum adat yang berlaku.
Pakaian ini terdiri atas beberapa perlengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.
Deta
Deta atau destar adalah sebuah penutup kepala yang terbuat dari kain berwarna hitam gelap biasa yang dililitkan untuk membuat kerutan. Kerutan pada deta melambangkan bahwa sebagai seorang pemimpin, saat akan memutuskan sesuatu perkara hendaknya terlebih dahulu ia dapat mengerutkan dahinya untuk mempertimbangkan segala baik dan buruk setiap hasil dari keputusan.
Deta sendiri dibedakan berdasarkan pemakaiannya menjadi deta raja untuk seorang raja, kemudaian deta gadang dan deta saluak batimbo untuk penghulu, deta ameh, dan deta cilieng manurun.
Baju
Baju penghulu umumnya berwarna hitam. Baju ini terbuat dari kain beludru. Warna hitamnya melambangkan tentang makna kepemimpinan. Segala puji dan umpat haru dapat diredam seperti halnya warna hitam yang tak akan berubah meski warna lain ikut campur.
Sarawa
Sarawa adalah celana penghulu yang berwarna hitam. Celana ini memiliki ukuran besar pada bagian betis dan paha. Ukuran inilah yang melambangkan seorang kepala adat atau pemimpin berjiwa besar dalam melaksanakan tugas dan mengambil keputusan atas suatu perkara.
Sisampiang
Sisampiang adalah selendang merah berhias benang makau warna warni yang diletakan di bahu pemakainya. Warna merah selendang melambangkan makna keberanian, sementara hiasan benang makau melambangkan maka ilmu dan kearifan.
Cawek
Cawek atau ikat pinggang berbahan sutra yang dikenakan untuk menguatkan ikat celana sarawa yang longgar. Kain sutra ini melambangkan jika seorang penghulu harus cakap dan lembut saat memimpin, selain itu juga sanggup mengikat jalinan persaudaraan antar masyarakat yang dipimpinnya.
Sandang
Sandang adalah kain merah yang diikatkan di pinggang sebagai pelengkap pakaian adat Minangkabau. Kain merah ini memiliki segi empat, melambangkan bahwa seorang penghulu harus tunduk pada hukum adat yang berlaku.
Keris dan Tongkat
Keris diselipkan di pinggang, sementara tongkat digunakan untuk petunjuk jalan. Kedua kelengkapan ini adalah simbol bahwa kepemimpinan merupakan sebuah amanah dan tanggung jawab besar.
Pakaian Adat Pengantin
Selain dari baju bundo kanduang dan baju penghulu, ada pula jenis pakaian adat Minang lainnya yang lazim dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan. Pakaian pengantin ini umumnya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang lebih banyak.
Hingga saat ini, pakaian tersebut masih sering digunakan tapi tentunya dengan sedikit tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik dan elegan dengan beberapa tambahan modernisasi tersebut baju adat Minang modern akan lebih terkesan bagus.
Demikianlah penjelasan tentang baju adat Minangkabau dan maknanya. Dengan segala keunikannya tersebut, pakaian Minangkabau memiliki makna budaya yang kuat. Pada setiap ukiran dan perlengkapan yang ada pada pakaian adat mengandung makna-makna yang menjadi harapan untuk suku Minangkabau sendiri. Semoga artikel ini bermanfaat dan terima kasih.
Sumber : perpustakaan.id
Posting Komentar
Posting Komentar